Apakah Mengkritik Seseorang Itu Memang Diperlukan?

 


Siapa di dunia ini yang belum pernah satu kali pun mengkritik atau mengecam seseorang? Pasti semua orang pernah melakukannya. Entah mengkritik di dalam pikiran, ditulis, atau diucapkan secara langsung. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) kritik ialah kecaman atau tanggapan, kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil karya, pendapat, dan sebagainya. Orang yang melakukan kritik disebut sebagai pengkritik.

Di era yang serba digital ini, semua orang memiliki akses untuk memberikan komentar di kehidupan orang lain lewat akun sosial media mereka masing-masing. Tentu saja komentar itu tidak hanya komentar positif yang bisa memotivasi orang lain, tetapi juga komentar berbentuk kritikan yang bisa membuat citra orang lain menjadi menurun.

Pertanyaannya sekarang ialah apakah mengkritik seseorang itu memang diperlukan?

Jika kalian ingin mendapat jawabannya, cobalah membaca buku yang ditulis oleh Dale Carnegie yang berjudul How to Win Friends and Influence People. Pada bab pertama buku tersebut, Carnegie akan menjawab pertanyaan penting yang ada di judul artikel ini. Namun, jika kalian terlalu malas membaca buku tersebut, maka simak saja uraian singkat di bawah ini.

Di awal bab tersebut, Carnegie memberikan dua kasus penjahat yang melakukan kejahatan sangat kejam, tetapi penjahat-penjahat itu sama sekali tidak merasa bersalah atas apa yang mereka lakukan. Crowley si pembunuh polisi justru menyalahkan orang lain karena ia mendapat hukuman atas perbuatannya yang dinilai sebagai upaya pembelaan diri. Kemudian, Al Capone yang pernah meledakkan kota Chicago menganggap dirinya sebagai orang suci yang justru disalahpahami oleh publik. Kritikan tidak membuat mereka mengakui kesalahan, tetapi justru membuat mereka mencari pembenaran atas perbuatan yang mereka lakukan.

Seorang psikolog bernama B.F. Skinner pernah mengadakan eksperimen yang membuktikan bahwa seekor hewan yang diberi hadiah atas perilaku baik akan terus berkembang dan mempertahankan apa yang sudah ia pelajari. Teknik ini lebih efektif daripada memberikan hukuman pada hewan yang melakukan pelanggaran. Ini juga berlaku pada manusia. Coba saja nasehati orang lain tanpa mengandung unsur kritikan, kemungkinan besar mereka bisa menerima hal tersebut lalu berubah menjadi lebih baik.

Dale Carnegie juga berkata bahwa kritikan itu ibaratnya seperti seekor merpati. Mereka akan selalu kembali ke rumah, artinya orang yang kita beri kritikan kemungkinan besar akan membenarkan dirinya sendiri dan justru bisa mengutuk kita sebagai balasannya.

Bahkan seorang pemimpin hebat seperti Abraham Lincoln dulunya juga suka mengkritik sampai akhirnya ia menjadi sadar bahwa hal itu sia-sia. Sewaktu masih muda, Lincoln sering menjelekkan dan mengkritik orang di selembar surat lalu menyebarkannya di kota. Namun, setelah mengalami kejadian yang hampir merenggut nyawanya, Lincoln berjanji tidak akan mengkritik orang lain lagi.

Namun, apakah ia benar-benar bisa berhenti dalam mengkritik seseorang? Tentu saja tidak. Sebagai pemimpin bangsa yang memiliki banyak bawahan, pasti ada satu waktu dimana ia sangat frustasi karena kelakuan bawahannya tersebut. Lincoln sangat murka dan menulis kritikan di surat, panjang dan begitu kejam isinya. Namun, surat itu tidak pernah dikirimkan. Begitu selesai menulis surat, Lincoln langsung menyadari bahwa tindakannya itu salah dan hanya akan membuatnya mendapat kerugian. Ia akhirnya kembali pada prinsipnya yaitu.

Jangan mengkritik seseorang supaya kau tidak dikritik di kemudian hari.”

 

Nah, apakah secuil ringkasan dari bab pertama buku tersebut membuatmu terkesan? Jika ingin mengetahui lebih banyak mengenai tips-tips dalam berurusan dengan orang lain, kalian bisa membaca buku fenomenal milik Dale Carnegie berjudul "How to Win Friends and Influence People."


Salam Literasi!

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Bekakak Ceremony: A Unique Tradition in Yogyakarta

How to Translate in StoryWeaver